Angan

Flower City, First day on somewhere in 2019

 

Mengagumi memang pekerjaan susah, mengungkapkan levelnya lebih tinggi dari mengagumi

 

Hari demi hari ku menunggu untuk mengajaknya chat

Tapi, yang ada aku hanya terdiam membisu di depan layar  gadgetku

 

Kenapa terdiam?

Takut mengganggu

 

Aku berdoa, walaupun aku belum khusyu’

Agar dipertemukan dengan dia yang kukagumi

“Siapa tau kan bisa ngurusin elo woi bolang” kata otakku

 

KESAMPAIAN, kalau kata orang – orang yang merasa kurang beruntung

 

Cuma beberapa orang yang mengetahui kenapa aku suka sekali solo travelling

Banyak faktor

Banyak dihujat

 

Memang, kalau udah sayang, semuanya terombang – ambing, baik di otak, sama hati,

Saling berbenturan, saling berontak

 

Dan, aku pun bertemu dia

Tidak berubah sama sekali.

Senyumnya, tawanya, candanya

Membuat lelahku hilang seketika

Juga mungkin bisa membuat lelaki lain menaruh hati padanya.

 

Suaranya membuat aku mati kutu, kaku, engga menjadi diri yang biasa.

Dia sudah kukagumi semenjak bergabung dengan kantorku.

Sekarang, dia berstatus S2

 

Aku tidak pernah bilang kalau aku mengaguminya

Cuma bisa memendamnya dalam – dalam sampai dia keluar dari kantor

 

Walau begitu, rasa kagumku tidak memudar sedikitpun

 

Aku rindu dia selama ini.

Aku takut kehilangan dia, walau aku bukan seseorang yang dia bakal khawatirkan atau pikirkan, duh!

 

Selama bertemu tatap muka, dan membicarakan apapun, dia wanita yang paling positif di seantero muka bumi dibanding dengan aku, makhluk ansos yang paling negatif dengan apapun.

 

Dia baik, ramah, dan dia care

Aku tak mengerti kenapa dia sangat care atau itu mungkin hanya anganku saja 🙂

 

Tanpa ragu, aku mengungkapkan apa yang selama ini kurasakan, dengan harap – harap cemas tentunya.

 

Apalah aku ini? Seonggok daging yang berkumis dengan tiba – tiba bilang ingin menua bersama dia.

 

Entah apa yang ada di pikiran dia sampai aku menulis postingan ini, aku belum mendapatkan “jawaban”

 

Maaf ya, aku jadi tidak enak hati, sudah merepotkanmu, pasti kamu bete ketika ada seseorang yang ingin bilang serius dan menua bersamamu.

 

Second Day

Badanku sudah lelah, tapi menyenangkan menurutnya dan aku pun setuju.

 

Lelah, tetapi masih bisa melangkah

 

Semenjak Subuh, aku terngiang – ngiang ucapanku kepadamu

Apa yang kamu pikirkan sekarang ? Apa aku tidak ada harapan? Apa aku dianggap “gila”?

 

Tetapi, aku tahu apa yang aku ucapkan.

Semuanya adalah serius.

 

Dan, saat melihatmu tersenyum, aku pun turut berbahagia walau otak dan hatiku bahu membahu membunuhku perlahan

 

Kita melanjutkan perjalanan kita ke sebuah kafe

Tempat di mana kita bebas membaca apapun tanpa takut di tangkap

Apalagi membicarakan masa depan kita, pasti kamu suka

 

Kamu terlihat gundah saat aku membicarakan perihal itu kembali.

Kita manusia semua gundah

Hanya Tuhan yang tidak gundah

 

Setelah itu, kita berpisah di penghujung malam, aku sekali lagi merasa sendiri tanpamu

 

Kamu tahu apa yang aku inginkan? Menemanimu sambil meraih cita – citamu.

 

Aku ingin menjadi sebuah proses dalam pencapaian itu apalagi jika melakukannya bersamamu.

 

Menemanimu dalam senang dan susah.

Masalah – masalah sepelemu.

Aku sangat ingin sekali, tapi apakah kamu mengizinkan aku?

 

Aku tahu aku hanya anak kemarin sore yang berbuai mengenai hubungan sehidup semati

Aku hanya anak ingusan yang tidak tahu apa – apa mungkin dalam pikirmu

Tapi, izinkan aku menjadi seseorang yang selalu ada untukmu

 

Kita jauh terpisah oleh jarak

Kita terpisah oleh sikap

Tapi, hati kita tidak bakal terpisah

 

Izinkan aku untuk menjadi teman hidupmu

Maukah kamu mengizinkan aku?

 

Aku hanya bisa mengharap, vi

 

 

THE END

 

NB: Silahkan menghubungi penulis jika ingin mencari kebenarannya, dengan bukti tentunya ya guys. 🙂 :p.

 

“Semesta selalu membantu memperjuangkan mimpi kita, sebodoh apapun itu. Mimpi adalah milik kita sendiri, dan hanya kita yang tahu apa yang perlu diupayakan untuk tetap menghidupkannya”

 

 

Leave a comment